Skip to main content

SUDAH HABIS

Sudah tidak tahu mau bagaimana lagi. Itu adalah kesimpulan dariku saat ini. Mengapa harus dipertahankan untuk hal-hal yang tidak tahu harus bagaimana lagi untuk dilanjutkan.

Kesimpulan itu aku dapat setelah menjalani dua bulan yang penuh dengan tantangan mengirimkan tulisan. Selama ini aku menulis di blog ini dengan dua tujuan. Pertama, untuk menjaga semangat menulisku. Jadi aku komitmen menulis paling tidak satu tulisan setiap bulan. Namun, karena kondisi laptopku almarhum sejak akhir tahun 2021, jadi semangat untuk menulis itu berkurang sangat signifikan.

Kedua, aku berharap nanti tulisan dalam blog-ku ini akan kujadikan buku kembali, seperti sebelum-sebelumnya. Jadi akan ada buku SEUMUR HIDUP AKU SEKOLAH IV.

Itu harapanku. Namun, alhamdulillah bulan Juli aku bisa mendapatkan kesempatan ikut event menulis di selama satu bulan. Judul eventnya adalah 30 Days Journal of AWI. Aku antusias mengikut event menulis ini karena dua alasan juga. 

Pertama, aku merasa terlalu lama menunggu hingga Januari 2024 untuk ikut event 30 hari bercerita di Instagram yang sudah dua tahun terakhir aku ikuti. Kedua, alhamdulillah aku yang sebenarnya secara finansial tidak mampu membeli laptop saat ini, diberikan rezeki di akhir Juni, lewat tangan orang-orang yang peduli padaku, sebuah laptop baru tanpa mengeluarkan sepeserpun. 

Keikutsertaanku di event menulis bulan Juli itu adalah "pintu masuk" bagiku untuk lebih mengenal dunia tulis menulis yang ternyata luar biasa luas. Ada banyak event-event menulis yang diadakan oleh beberapa penerbit atau lembaga. Selain itu, ada kesempatan juga untuk mengikuti lomba menulis atau ikut dalam pembuatan buku antologi.

Nah, istilah buku antologi ini yang baru aku dengar dan ternyata banyak sekali peminatnya. Intinya, aku tidak perlu harus menunggu menulis banyak tulisan baru bisa mencetak buku untuk tulisan-tulisanku itu. Melalui buku antologi, aku bisa menitipkan satu tulisanku untuk dicetak bersama dengan penulis-penulis lain. 

Yang membuatku antusias adalah, dalam setiap event menulis buku antologi, ada editor. Jadi tulisanku tidak sekedar menulis tanpa ada yang mengoreksinya seperti tiga buku soloku sebelumnya. Koreksi dari editor membuatku semakin memahami rambu-rambu dalam menulis. 

Selain adanya editor, aku juga semangat karena ada beberapa event yang bukan hanya ditantang menulis, tetapi mendapatkan bekal pelatihan menulis. Ini sangat helpful banget buat aku yang kuper.

Alhamdulillah lewat event menulis aku  bisa mengenal banyak teman baru yang sangat inspiratif tulisannya dan sangat terbuka untuk memberikan informasi dan saran agar aku bisa menulis lebih baik lagi.

Ucapan syukur lainnya adalah lewat event  30 Days Journal of AWI aku diajak untuk keluar dari zona nyaman, menulis dengan genre yang tidak pernah aku tulis sebelumnya. Alhamdulillah ada ide membuat cerpen dengan tokoh utama adalah Yoyok. Saat ini aku ingin mengindetikkan ceritaku, terutama cerpen dengna tokoh Yoyok tersebut. Entah nanti mungkin ada ide lain, aku tetap terbuka. Lewat ini tersebut aku pertama kali membuat tulisan genre cerpen.

Hal yang aku syukuri juga adalah masih diberikan kesempatan untuk menulis buku solo lagi di tengah "gempuran" buku antologi. Ini juga membuatku semangat.

Sekarang, di ujung bulan Agustus, ketika aku menulis blog lagi, alhamdulillah paling tidak ada sepuluh buku antologi yang di dalamnya terdapat tulisanku. Ini bagiku sebuat pencapaian luar biasa karena sebelumnya aku tidak pernah ikutan menulis buku antologi.

Harapanku, semoga tulisanku menginspirasi dan jika memang Allah SWT kehendaki, lewat tulisan aku bisa mendapatkan rezeki.

Jadi, bagaimana nasih blog ini? Mungkin sudah habis dalam konteks tulisan-tulisan yang berpotensi untuk masuk ke buku antologi atau buku solo. Tetapi blog ini masih bisa aku gunakan untuk menulis pengalaman-pengalamanku yang tidak bisa secara langsung masuk menjadi bagian dari buku antologi atau buku solo.

Sekian


Comments

Popular posts from this blog

SURAT UNTUK NEDI DI SURGA

“Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan hal yang besar… tetapi kita dapat melakukan banyak hal kecil dengan cinta yang besar”.(Mother Teresa) Ketika di sekolah, tiba-tiba aku mendapat telepon dari nomor yang tidak aku kenal. Aku pikir yang telepon adalah agen asuransi yang sering telepon. Hampir tidak mau kuangkat karena baru beberapa hari lalu dapat telepon dari agen asuransi. Aku tetap menerima Telepon tersebut dan ternyata dari seorang teman lama dan dia bertanya hal yang sangat mengagetkan, “kak Godlif, apakah benar kak Nedi meninggal?” …. Dalam hati aku sangat terkejut. Aku langsung mau pastikan dengan bertanya kepada Yeri, teman yang menjadi staf JOY, persekutuan mahasiswa tempat kita bertemu , bertumbuh dan bekerjasama ketika masih di Jogja. Dan dia memastikan bahwa berita itu benar. NEDI MENINGGAL. Butuh waktu untuk benar-benar tenang dan benar-benar sadar bahwa berita kematianmu itu adalah fakta. Berita yang tidak ingin didengar olehku secepat ini... Beri

SEPEDA MOTOR YANG HILANG

Hari Senin di pertengahan Juni 2023 sebenarnya dimulai normal-normal saja. Aku bangun subuh seperti biasa. Setelah sempat tidur lagi, alarm kembali berbunyi pukul 06.15 WIB sesuai dengan settingan yang aku buat setiap hari. Mempertimbangkan aku punya sejarah sakit maag dan bisa jadi aku cukup kelelahan sehingga sering ketiduran walau sempat bangung subuh, aku sengat mengatur alarm di handphoneku setiap jam 06.15 sebagai alarm pengingat untuk segera sarapan. tentunya aku tidak membuat sarapanku sendiri. aku bangun dari kasur tidurku, ke kamar mandi untuk buang air kecil, lalu mengenakan celana panjang dan kaos, memanaskan sepeda motor Revo tuaku (lahir tahun 2012) dan berangkat ke warung kopi langgananku. Hampir setiap hari aku lakukan ritual itu. Alasannya sederhana. Semenjak aku kos di rumah kosku sekarang, warung kopi itulah yang menyediakan segala yang kubutuhkan di pagi hari sesuai dengan ketebalan dompetku. Awal-awal kos, aku "survei" di beberapa warung makan untuk sarap

[TERPAKSA] KUMULAI

Tidak ada yang ingin kumulai. Tetapi terpaksa kumulai. Ada hal yang tidak bisa tidak harus kumulai. Akhir Januari 2023  terkejut karena aku mendapatkan amanah baru di tempat kerjaku, yang beda jauh dengan job description amanahku sekarang. Akhirnya aku [terpaksa] memulai beradaptasi dengan amanah baru itu dengan tetap masih melakukan amanah yang lama sambil menanti rekan kerja baru yang melakukan amanah lamaku. Sampai kapan? Wallahu alam Yang ingin kumulai adalah menikmati amanah baru itu, bisa beradaptasi secepat kilat serta bisa memberi warna berbeda yang positif bagi tempat kerjaku lewat amanahku itu. Soalnya amanah ini mengharuskan aku lebih banyak berinteraksi dengan orang dalam hal-hal sensitif. Itu yang ingin kumulai walau terpaksa memulai amanah baru.  Terpaksa itu jangan selalu dikonotasikan dengan negatif... Ada banyak hal positif baru dirasakan setelah menjalani keterpaksaan. Kalau aku tidak terpaksa jadi kapten tim fun football, maka aku kan nggak ada kesempata