Skip to main content

SURAT UNTUK NEDI DI SURGA

“Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan hal yang besar… tetapi kita dapat melakukan banyak hal kecil dengan cinta yang besar”.(Mother Teresa)

Ketika di sekolah, tiba-tiba aku mendapat telepon dari nomor yang tidak aku kenal. Aku pikir yang telepon adalah agen asuransi yang sering telepon. Hampir tidak mau kuangkat karena baru beberapa hari lalu dapat telepon dari agen asuransi. Aku tetap menerima Telepon tersebut dan ternyata dari seorang teman lama dan dia bertanya hal yang sangat mengagetkan, “kak Godlif, apakah benar kak Nedi meninggal?” …. Dalam hati aku sangat terkejut. Aku langsung mau pastikan dengan bertanya kepada Yeri, teman yang menjadi staf JOY, persekutuan mahasiswa tempat kita bertemu , bertumbuh dan bekerjasama ketika masih di Jogja.

Dan dia memastikan bahwa berita itu benar. NEDI MENINGGAL. Butuh waktu untuk benar-benar tenang dan benar-benar sadar bahwa berita kematianmu itu adalah fakta. Berita yang tidak ingin didengar olehku secepat ini... Berita yang tidak disangka-sangka. Aku hanya bisa menangis sendirian di ruangan pembagian soal ujian. Aku baru saja mau kembali ke ruanganku ketika mendengar berita itu. Aku hanya bisa seadanya memberikan informasi kepada orang-orang yang bertanya ketika aku update status di BBM, “RIP NEDI”

Ned, aku sangat terpukul karena kamu sudah pulang duluan ke rumahNya. Dua hari ini aku tidak terlalu semangat karena masih sangat shock mendengar berita kepergianmu yang sangat mendadak tanpa ada sedikitpun informasi sebelumnya tentang kondisimu. Bahkan aku menulis surat inipun dengan segala tenaga menahan tangis membayangkanmu. Membaca segala komentar teman-teman di media sosial melepaskan kepergianmu, membuatku sangat sedih. Mereka sangat-sangat mengasihimu. Semoga kamu tetap bisa membaca media sosial dan surat ini kawan di surga.

CERITA KITA

Cerita kita adalah cerita yang tidak pernah aku bisa lupakan. Aku masih ingat bahwa ketika aku diminta mendampingi teman-teman mahasiswa di daerah Timoho, kamu adalah Cell Group Leadernya. Bersama Pak Camat dan Seka, kalian adalah tim inti pertama ketika aku diberikan tanggung jawab di sana.  Pertemuan tim inti awal-awal selalu dilakukan di kosmu. Aku ingat kamarmu di lantai 2. Kosmu di dekat kampus APMD. Itu tahun 2006.

Awal-awal adalah tahap-tahap pengenalan kita satu sama lain. Kita sering menghabiskan waktu bersama untuk membahas tentang kondisi teman-teman mahasiswa di Timoho, yang mayoritas berasal dari Indonesia Tengah dan Timur. Aku sangat suka berdiskusi dengan kamu dan Pak Camat dan Seka karena kalian pribadi-pribadi yang memiliki hati yang sangat tulus dalam melayani dan punya banyak pemikiran dan ide-ide yang luar biasa. Aku sangat didukung oleh karakter kalian ketika awal-awal melayani. Kamu sangat membuka diri padaku walau kamu sadar aku berbeda karakter dengan Danger, pendampingmu sebelumnya.

Waktu berjalan terus dan kita berdua bersama pak Camat dan Seka menjadi saksi mata bagaimana kita dilayakkan oleh Tuhan untuk terlibat dalam pertumbuhan semangat dan komitmen teman-teman di Timoho sebelum aku pergi dari Timoho tahun 2008. Banyak sekali memori indah yang aku bisa ingat. Kamu pasti ingat bagaimana kita berdoa dengan iman mengenai komitmen teman-teman Timoho dan kita yang awal-awal maksimal hanya 10 orang yang datang, bisa mencapai 40 orang teman-teman yang aktif di Timoho. Belum lagi pasti kamu ingat pengalaman iman kita untuk mewujudkan homebase Timoho serta motor. Semua Tuhan sediakan! Belum lagi bagaimana kita melihat ada banyak perubahan hidup terjadi di antara teman-teman Timoho. Cerita-cerita iman itu yang membuatku tidak bisa melupakan engkau. Ada waktu di mana kita berbagi cerita tentang masa depan serta pergumulan-pergumulan yang dihadapi. Ada momen kita berkumpul hanya untuk berdoa. Ada momen di mana kita berkumpul karena kita bersukacita. Semua itu kenangan yang begitu terekam dalam pikiranku. Kamu membagikan banyak hal bagi banyak orang, termasuk bagi keluargamu. Kamu terus berjuang sekuat tenaga ketika orang lain meminta bantuan kepadamu. Kamu tidak mengenal lelah mendorong orang lain berubah menjadi lebih baik sesuai kapasitamu.


Ketika aku tidak lagi di JOY, kamu dan Pak Camat memutuskan untuk menjadi pekerja di JOY. Sebuah sukacita bagiku ketika kamu dan Pak Camat memutuskan hal tersebut. Kamupun bisa berbagi banyak hal lewat pengalaman iman kita selama di Timoho. Adik, di dinding facebookmu, di status BBM teman-teman JOY serta di Instagram, begitu banyak kesaksian tentang bagaimana mereka sangat diberkati lewat pelayananmu selama ini. Mereka sangat-sangat bersyukur bisa mengenalmu. Mereka terinspirasi lewat hidupmu. Bahkan ada alumni yang sangat bersyukur setiap datang ke kantor JOY karena keramahan penyambutanmu. Ketulusanmu dalam menyembah Allah membawa banyak orang begitu menikmati hadirat Allah. Pasti banyak cerita yang tidak aku tahu bisa dibagikan oleh teman-temanmu. Terlalu banyak untuk diceritakan sekaligus dalam satu tulisan ini.


Cerita itu memang sudah berakhir. Cerita yang tidak bisa kita ulang lagi. Cerita yang hanya menjadi kenanganku dan semua teman-teman yang pernah mengenalmu. Tetapi cerita itu adalah cerita yang tidak akan kulupakan. Cerita bagaimana dalam waktu yang tidak panjang, kamu sudah sangat memberkati banyak orang. Dalam kapasitasmu yang tidak sebesar Don Moen pujaanmu, kamu sudah memberikan cinta Kristus yang besar. Apa yang dikatakan oleh Mother Teresa, sangat dirasakan dalam kehidupanmu: “Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan hal yang besar… tetapi kita dapat melakukan banyak hal kecil dengan cinta yang besar”.


Saya percaya kata-kata ini bisa mewakili hidupmu selama mau hidup. 9 Agustus 2015 kamu seharusnya tepat berumur 30 tahun. Tetapi Tuhan sudah memanggilmu beberapa bulan sebelum ulang tahunmu. Persekutuan dengan Tuhan Yesus selamanya itu yg menjadi sukacita terbesar kita kelak...hanya saja melepaskan orang-orang yang kita kasihi untuk mendapatkan kesempatan itu terlebih dahulu, termasuk kamu memang momen yang tidak mudah. 

Lewat kepulanganmu aku belajar bahwa hidup di dunia itu tidak tahu kapan Tuhan bilang cukup. Jadi ya setiap hari harus jadi berkat karena belum tentu besok kita masih ada. Jangan habiskan waktu hanya untuk pemenuhan kepuasan diri.

Kuharap surat ini bisa sampai ke surga dan engkau bisa membacanya. Sampai jumpa di surga adikku, saudaraku, sobatku. Sangat-sangat kehilanganmu. Sangat-sangat mengasihimu.#RIPNEDI12May2015

Comments

Popular posts from this blog

SEPEDA MOTOR YANG HILANG

Hari Senin di pertengahan Juni 2023 sebenarnya dimulai normal-normal saja. Aku bangun subuh seperti biasa. Setelah sempat tidur lagi, alarm kembali berbunyi pukul 06.15 WIB sesuai dengan settingan yang aku buat setiap hari. Mempertimbangkan aku punya sejarah sakit maag dan bisa jadi aku cukup kelelahan sehingga sering ketiduran walau sempat bangung subuh, aku sengat mengatur alarm di handphoneku setiap jam 06.15 sebagai alarm pengingat untuk segera sarapan. tentunya aku tidak membuat sarapanku sendiri. aku bangun dari kasur tidurku, ke kamar mandi untuk buang air kecil, lalu mengenakan celana panjang dan kaos, memanaskan sepeda motor Revo tuaku (lahir tahun 2012) dan berangkat ke warung kopi langgananku. Hampir setiap hari aku lakukan ritual itu. Alasannya sederhana. Semenjak aku kos di rumah kosku sekarang, warung kopi itulah yang menyediakan segala yang kubutuhkan di pagi hari sesuai dengan ketebalan dompetku. Awal-awal kos, aku "survei" di beberapa warung makan untuk sarap

[TERPAKSA] KUMULAI

Tidak ada yang ingin kumulai. Tetapi terpaksa kumulai. Ada hal yang tidak bisa tidak harus kumulai. Akhir Januari 2023  terkejut karena aku mendapatkan amanah baru di tempat kerjaku, yang beda jauh dengan job description amanahku sekarang. Akhirnya aku [terpaksa] memulai beradaptasi dengan amanah baru itu dengan tetap masih melakukan amanah yang lama sambil menanti rekan kerja baru yang melakukan amanah lamaku. Sampai kapan? Wallahu alam Yang ingin kumulai adalah menikmati amanah baru itu, bisa beradaptasi secepat kilat serta bisa memberi warna berbeda yang positif bagi tempat kerjaku lewat amanahku itu. Soalnya amanah ini mengharuskan aku lebih banyak berinteraksi dengan orang dalam hal-hal sensitif. Itu yang ingin kumulai walau terpaksa memulai amanah baru.  Terpaksa itu jangan selalu dikonotasikan dengan negatif... Ada banyak hal positif baru dirasakan setelah menjalani keterpaksaan. Kalau aku tidak terpaksa jadi kapten tim fun football, maka aku kan nggak ada kesempata